Sekedar Kilas Balik Paroki San Juan Lebao - Larantuka
posted by: sekitar lebao)
(tulisan by oleh Ansel Atasoge)
(tulisan by oleh Ansel Atasoge)
Foto gereja San Juan-by Sandro Labina -2012
Pada tanggal 4 Agustus 1861 Romo J.P.N Sanders, Pr; Menulis kepada Uskup Vrancken di Batavia : “Saya senang menyampaikan kepada Monsinyur, bahwa saya, dengan pertolongan seorang kepala kampung yang berumur sekitar 30 tahun dan yang belum dipermandikan, berhasil membangun satu Gereja Sint Joan yang dulu. Pada hari Minggu tanggal 14 Juli yang lalu saya memberkati dengan upacara yang meriah mungkin. Esoknya saya mempermandikan 216 orang; antaranya 80 orang dewasa yang berumur 30 sampai 50 tahun”.
Patung Santo Yohanes Pembaptis (San Juan) di gereja San Juan
Pada periode ini San Juan dikenal dengan nama “Kampong Tengah” atau “Tengah” saja, sebutan untuk 7 kampung : Gege, Lebao, Kampong Tengah, Riang Nyiur (Renio), Tabali (Tebale), Kota Rowido dan Kota Sau, dilayani dari Postoh.
Suasana Perarakan penyambutan Patung San Juan dan Bunda Maria
di Kota Sau II Dengan tarian Hedung (by Paullo Herra-2012)
Pastor yang datang melayani selalu berganti-ganti. Selain Romo P.J.N Sanders ada juga nama-nama : Romo Gaspar Fransen, Pr; Pater G. Metz, SJ; Pater Zelis; Pater Ten Brink; Pater Leemker; Pater Van Mierlo. Mereka datang mengunjungi, memberi pelajaran agama secukupnya kemudian kemudian mempermandikan atau menerimakan komuni dan Sakramen
Perkawinan.
Sakramen Krisma terjadi kalau ada kunjungan Uskup dari Batavia.
Situasi umat yang dihadapi oleh Para Pastor saat itu adalah : Kemiskinan yang membuat umat lebih senang bekerja daripada mengikuti pelajaran agama, sikap acuh karena umat masih bodoh, perang antar kampung, antar suku, antar orang gunung dan orang pantai, adanya rumah setan. Meskipun banyak tantangan dan kesulitan Pastor tetap tekun mengunjungi dan melayani umatnya dengan setia.
Situasi umat yang dihadapi oleh Para Pastor saat itu adalah : Kemiskinan yang membuat umat lebih senang bekerja daripada mengikuti pelajaran agama, sikap acuh karena umat masih bodoh, perang antar kampung, antar suku, antar orang gunung dan orang pantai, adanya rumah setan. Meskipun banyak tantangan dan kesulitan Pastor tetap tekun mengunjungi dan melayani umatnya dengan setia.
Armida (Remida) Kampung Tengah, 24 Juni 2012 by Sandro Labina
Suasana Perarakan penyambutan Patung San Juan di Riangnyiur
Periode selanjutnya disebut dengan nama periode cabang Paroki San Juan (1893-1950). Periode ini ditandai dengan semakin bertambah jumlah umat dan semakin banyak pula umat yang mengikuti pelajaran agama. Di setiap kampong sudah didirikan sebuah rumah kecil untuk tempat pelajaran agama yang kemudian menjadi tori atau kapela. Pater Van Mierlo sudah mulai agak menetap (mengunjungi Tengah secara tetap). Ia mengajak umat untuk mendirikan suatu gereja baru untuk menggantikan gereja lama yang sudah mulai reyot.
Armida (Remida) Lingkungan Gege – by Sandro Labina 24 Juni 2012
Model pelayanan masih seperti periode lalu; mengunjungi, memberi pelajaran, mempermandikan, komuni atau perkawinan. Gereja yang dibangun sudah dilengkapi dengan tabernakel. Ada sederetan nama Pastor yang melayani di Tengah antara lain : Pater Hoeberechts, Pater De Nateris, Pater Baack, SVD. Tantangan yang dihadapi pun masih sama di periode yang lalu.
Bulan Mei 1936; Pater Eben, SVD bersama tetua adat mulai menggerakkan umat untuk membangun sebuah gereja yang baru menggantikan gereja yang rusak. Semua umat baik yang sudah dipermandikan maupun yang masih kafir (yang belum dipermandikan) bahu-membahu bekerja membangun gereja itu. Dalam bulan November 1938 gereja yang baru dibangun itu diresmikan pemakaiannya dalam suatu upacara misa.
Suasana penyambutan Patung San Juan di Lebao dari Riangnyiur foto by Nena Tukan 2012
Menurut catatan di Keuskupan Larantuka, Gereja Lebao Tengah resmi menjadi sebuah Paroki pada tahun 1952. Pada bulan Oktober tahun yang sama ditahbiskan pula imam pertama dari Paroki yaitu Pater Aloysius Louis Diaz, SVD. Sejak berdiri hingga tahun 1978 Pastor Paroki dibantu oleh sebuah badan yang disebut Dewan Gereja. Tugas badan gereja ini adalah membantu Pastor dalam mengurusi harta benda gereja dan kaum papa miskin. Sedangkan dalam hal imam Pastor dibantu oleh guru-guru agama.
Mulai tahun 1978 Paroki San Juan mengenal suatu badan yang disebut Dewan Paroki dengan tugas-tugas yang sama dijalankan oleh Dewan Gereja sebelumnya. Tahun 1983-1988 terbentuklah Dewan Pastoral Paroki San Juan yang pertama dengan dilengkapi Seksi-seksi : Pewartaan, Liturgi, Pendidikan, Sosial Ekonomi, Usaha Dana dan Perlengkapan. Perhatian Dewan tidak saja tertuju pada hal-hal internal yang berhubung dengan persoalan-persoalan tata dunia. 27 Februari 1979 terjadi bencana banjir di Larantuka. Korban banjir dipindahkan ke Weri yang menjadi Wilayah Paroki San Juan. Dengan ini Paroki bertambah 1 stasi. Karena Jumlah umat semakin meningkat dan untuk mendekatkan wilayah pelayanan maka Bapak Uskup Mgr Fransiskus Kopong Kung, PR membuat pemekaran Stasi Weri Menjadi Paroki Santa Maria Pembantu Abadi Weri yang resmi berdiri secara kanonis pada tanggal 15 Oktober 2005
Pastor-pastor yang berkarya di Paroki San Juan sejak tahun 1952 :
1. P.Jackobus Schneiders, SVD (1952-1957).
Pembentukan Serikat Santa Anna bagi para ibu dan
peningkatan peran umat dalam perayaan Ekaristi dengan
lagu-lagu Gregorian.
2. P. Jeremias Dewa, SVD (1957-1958).
Pembangunan gedung baru SDK lebao Tengah I menggantikan
gedung semi permanen.
3. P. Hubertus Van Eyck, SVD (1958-1959)
Tanggal 15 Agustus 1958 Perayaan Ekaristi Agung oleh Mgr.
Gabriel Manek, SVD; dalam rangka pengresmian berdirinya
Tarekat PRR. Pater Van Eyck ditugaskan sebagai pembimbing
rohani para calon suster.
4. P. Kor Schmith, SVD (1959-1966)
Pastor yang bersemangat, tegas, rajin mengunjungi keluarga-
keluarga dan mengenal sungguh keadaan umat, Pembentukan
kelompok-kelompok umat gabungan kontas, Menggantikan atap
gereja alang-alang dengan seng, Mendirikan SDK Lebao Tengah
II.
5. P. Caesar Raval, SVD (1966-1968)
Misionaris asal Philipina yang sangat sederhana dan lemah
lembut. Kebiasaan Prosesi Jumad Agung yang secara turun-
temurun diikuti oleh umat Paroki ini di Katedral Larantuka,
diadakan di Paroki San Juan. Pada tahun 1984 prosesi jumad
agung di Paroki San Juan ditiadakan dan umat kembali
mengikuti di Larantuka.
6. Rm. Sebastianus Sina Kleden, Pr (1968-1970)
Imam muda yang penuh semangat dan sangat memperhatikan
pembinaan kaum muda. Rajin mengunjungi keluarga-keluarga
terutama yang bermasalah. Mengadakan bangku tinggi di
Gereja.
7. P. Jan Van Asten, SVD (1970-1976)
Pastor yang banyak memperhatikan keluarga-keluarga miskin
dan terlantar dan kurang mampu dengan mendatangkan bantuan
dari keluarganya sendiri di Belanda. Pengadaan bangku tinggi
dilanjutkan sampai penuhkan gereja. Pembangunan gedung
SDK Lebao Tengah II dan memindahkan lokasinya di Pantai ke
Belakang Gereja.
8. P. Yan Perason, SVD (1976-1978)
Selain sebagai Pastor Lebao juga merangkap stasi Lewotala dan
Tugas Delsos. Dalam masa beliau ada perayaan perak imamat
Pater Louis Diaz. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Pastor
bersama Konggregasi dan Para Suster untuk membuat aksi
panggilan. Banyak anak yang mulai masuk seminari sesudah
pesta ini.
9. Rm. Gerardus Muran Korohama, Pr (1978-1983)
Pembukaan SDK Sarotari dan TKK Ade Irma. Pembangunan
pastoran dengan konstruksi anti gempa, menyusul terjadinya
gempa bumi tahun 1978.
10. Rm. Frans Amanue, Pr (1983-1989)
Imam yang berdisiplin tinggi dan tegas. Selalu tampil membela
orang-orang kecil yang menderita ketidakadilan. Membiasakan
umat untuk memulai kegiatan tepat waktu termasuk dalam
perayaan liturgi.
11. Rm Yoseph Sani Teluma, Pr (1989-1996)
Sebelum menjadi Pastor Paroki beliau telah menjadi Pastor
Pembantu sejak tahun 1985. Membangun Pastoran Baru dua
lantai dan membangun Gereja Paroki.
12. Rm. Gerardus Toron, Pr (1996-1997)
Banyak gagasan beliau untuk memajukan Paroki ini khususnya
pendampingan kaum muda. Tapi banyak yang tidak terlaksana
karena harus cepat angkat kaki dari Paroki menuju tugas baru
di Komisi Kepemudaan Keuskupan. Membangun taman
doa Santa Maria.
13. Rm. Petrus Dua Maing, Pr (1997-2004)
Pastor yang tenang dan sederhana. Membangun lanjut taman
doa Santa Maria. Membangun Aula paroki (sedang) dan
membangun Pastoran di Stasi Weri (sedang). Selain para
pastor yang disebutkan namanya, juga Diakon dan Frater
TOP yang berkarya di Paroki bersama Para Pastor yang
menangani Pastoral
Kategorial sesuai penugasan dari pastor paroki. Dan ada juga
Para Pastor lain dalam status asisten baik tetap maupun tidak
tetap.
14. Rm. Bernardus Bala Kerans, Pr (2004-2008)
Mengusahakan pengembangan iman umat dengan Ekaristi di
Lingkungan-lingkugan melalui jadwal yang tetap, serta
peningkatan peran DPP dalam kegiatan Pastoaral.
15. Rm. Hendrikus Leni, PR (2008-…….)
Melanjutkan karya Pastoral dengan Kunjungan tetap ke KBG
dan Lingkungan, mensosialisasikan Program Keuskupan dan
Program paroki, meningkatkan pemahaman tentang liturgi
gereja, menghidupkan kembali kelompok organisasi
gereja dan melanjutkan kegiatan pembangunan fisik sesuai
dengan kebutuhan.
San Juan Kini dan Di Sini
Secara geografis wilayah Paroki San Juan Lebao Tengah berada di pesisir pantai yang membentang dari Lingkungan Kota Sau II, Kelurahan Sarotari Timur sampai Gege, Kelurahan Waihali. Sebelah Timur berbatasan dengan Paroki Weri sebelah barat berbatasan dengan Paroki Katedral. Secara Pemerintahan Paroki San Juan berada dalam wilayah kecamatan Larantuka, yang meliputi kelurahan Sarotari timur, Sarotari Tengah, Sarotari, Pukentobi Wangibao dan Waihali. Wilayah Paroki ini datar tanpa gunung tinggi dan bukit rendah. Tanahnya ada yang subur dan ada yang kurang subur. Pada wilayah tanah yang kurang subur digunakan sebagai kebun untuk tanaman umur pendek; padi, jagung, ubi, sayur dan berbagai jenis kacang, namun akhir-akhir ini karena perkembangan jumlah umat/masyarakat maka sebagian wilayah pertanian sudah menjadi wilayah penyebaran penduduk dengan sendirinya memperkecil wilayah pertanian. Laut sepanjang pesisir wilayah Paroki walau sempit namun menyimpan kekayaan yang selalu bisa dinikmati oleh umat baik untuk konsumsi harian maupun untuk dijual.
Sesuai dengan laporan akhir tahun per-30 Desember 2011 jumlah umat seluruhnya 8138 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1649. Umat tersebar dalam Sembilan lingkungan dan terbagi dalam 63 Komunitas Basis Gerejani yaitu: Lingkungan Gege: 10 KBG, Lingkungan Kampung Tengah : 10 KBG, Lingkungan Lebao I : 4 KBG, Lingkungan Lebao II : 9 KBG, Lingkungan Riang Nyiur : 5 KBG, Lingkungan Tabali : 6 KBG, Lingkungan Kota Rowido : 9 KBG, Lingkungan Kota Sau I : 5 KBG dan Lingkungan Kota Sau II : 5 KBG.
Sebagian besar umat dengan mata pencaharian Pegawai, Guru, Bertani, Nelayan, Tukang, Supir, Tukang ojek dan wiraswasta. Banyak ibu-ibu dan remaja bekerja sebagai penjual sayur, baik dari hasil kebun sendiri mapun hasil kebun orang dan sebagian kecil lagi menjadi Penjual ikan. Penjualan terjadi pada pagi hari di pasar inpres larantuka dan sore hari di pasar “senja” Lebao.
Dari segi keuangan, Paroki San Juan Lebao Tengah dapat dikatakan mampu membiayai seluruh kegiatan Dewan tanpa menerima bantuan dari luar walau selalu ada usaha mencarinya. Dari keadaan keuangan paroki ini dapat dikatakan bahwa kesadaran umat untuk memenuhi kewajiban sangat tinggi. Walaupun masih ada umat yang harus diberi motivasi terus menerus agar dapat memenuhi kewajiban mereka.
Tenaga pastor tahun 2010-2011 terdiri dari tiga orang imam. Rm. Hendrikus Leni,Pr sebagai pastor paroki dan dibantu oleh Rm. Donatus Selidang Kolin,Pr merangkap ketua Komisi Liturgi Keuskupan dan Rm. Sebastianus Uran Bala,Pr merangkap Kepala SMUK Darius-Larantuka. Dalam melaksanakan tugas pastoral, para pastor dibantu oleh para Katekis dan guru-guru Agama Katolik, komunitas suster-suster PRR, OP dan Fransiskanes.
Pastor juga membangun kerja sama yang akrab dengan Dewan Pastoral Paroki bersama anggota-anggota seksi dalam dewan, ketua-ketua lingkungan dan ketua-ketua Komunitas Basis Gerejani.
Trima kasi banyak buat kk Ansel yg begitu baik dan menyempatka waktu nya utk kita semua anak rantau sehingga kita bisa tau sejarah dari Paroki tercinta kita, Paroki Sanjuan. Saya bangga meski saya d besarkan d tanah rantau tapi saya dpt tau perjalanan awl Paroki Sanjuan hingga saat ini. Sekali lagi teria kasih banyak buat Kk Ansel, salam dari saya buat Tiu - Tia, Kaka ade, Spesial bua EMA mo PA di nagi........
BalasHapusSalam bua kampung halama yg telah melahirkan tora ana nagi tercinta Lebao....
terima kasih atas komennya
HapusTrima kasih buat kk ansel
BalasHapusTulisan pada blog saya ini hanya copas tulisan Bpk Ansel Antasoge, semoga bermanfaat bagi siapapun yang mecari referensi.
Hapus